Selasa, 07 Mei 2013

cerpen


Temanku Seorang Pencuri
Oleh : Winda Sari Puspita Dewi

"Kring..kring..kring..." bel telah berbunyi tanda pelajaran telah usai. Sepulang sekolah Aku, Poppy dan Ririn berencana pergi ke Trans Studio. "Rin, pulang sekolah aku ke rumah mu yah?". Ajak Poppy dengan semangat. "oke sip, terus Winda bagaimana?. Tanya Ririn dengan penuh kegelisaan.
"oh iya kalian pergi berdua aja yah, maaf aku tidak bisa ikut". Tiba-tiba dari belakang aku menyelonong menghampiri Poppy dan Ririn dan aku berusaha menjelaskan kepada mereka kalau aku tidak bisa ikut karena krisis ekonomi. Poppy dan Ririn akhirnya menerima alasan ku. Meskipun mereka sering kali menyebutku tidak solid. Siang itu Poppy dan Ririn tetap pergi berdua ke Trans Studio tanpa kehadiran ku. Sesampai disana mereka sangat menikmati wahana yang ada. Waktu terus berlalu hari sudah semakin larut. " Poppy kita pulang yuk, udah malam nih". Ajak Ririn dengan nafas terengah-engah dan bunyi perut keroncongan. "oke sip" jawab Poppy dengan singkat. Mereka berdua lalu menuju ke parkiran, saat itu kebetulan cuaca mulai gerimis. Akhirnya Poppy dan Ririn memakai jas hujan. sebelum mereka pulang kerumah mereka berencana singgah makan di pinggir jalan untuk mengisi kedua perut mereka yang keroncongan. Malam itu Ririn yang mengendarai motor Poppy. "Rin, tas kamu simpan di belakang aja yah supaya tidak jatuh". Ucap Poppy terhadap Ririn. Akhirnya dengan sikap lugu nya, Ririn mulai memindahkan tas nya kebelakang mengikuti saran Poppy. Sesampai mereka di warung pinggir jalan, Ririn ingin mengambil dompet yang berada di tasnya. Dengan rasa panik dan tetesan keringat dari wajah nya, Ririn mulai mengotak-atik tasnya tapi dompetnya tidak ditemukan. "Rin, kamu kenapa?" tanya Poppy. "Poppy dompet ku, dompetku tidak ada di tas". jawab Ririn dengan cemas. " hah, kok bisa? pasti tadi dompet kamu jatuh deh, pas kita berada di Trans Studio ".
"Ah gak mungkin Pop, soalnya aku yakin dompet itu tidak mungkin jatuh". jawab Ririn.
Dengan perasaan cemas dan perut yang keroncongan, akhirnya Poppy menawarkan mentraktir Ririn makan malam ini.
"Tililitt..tililitt..." bunyi telepon membangunkan ku dari tidurku. "hallo". ucap ku. "hallo win, dompetku hilang waktu di trans studio". Ucap Ririn dengan suara isak tangis. Aku pun terkejut saat mendengar ucapan Ririn. dengan perlahan kusuruh Ririn menceritakan semua kejadian tadi. saat mendengar cerita Ririn aku mulai curiga dengan Poppy, tapi karena aku tidak punya bukti akhirnya aku memendam rasa curiga itu. Ke esokan harinya suasana kelas mulai heboh . Saat bel istirahat berbunyi, seperti biasanya aku dan Ririn pergi ke koridor menyaksikan anak futsal yang bermain di lapangan “Rin, aku haus nih, beli minum yuk” ajak ku. “Astaga yah tuhan dompet ku ketinggalan di kelas, Win aku minta tolong dong ambilin uangku di tas”. Ucap Ririn. Kemudian dengan tingkah centilku akhirnya aku berlari ke kelas dan mengambil uang yang ada di dalam tas Ririn. Setelah itu kami menuju kantin lalu membeli sebotol aqua lalu kembali ke kelas.
Sepulang sekolah tiba-tiba bunyi getar Hp di kantong celana ku membuat ku terkejut di atas angkot. “hallo win, kamu kan yang terakhir kali membuka tasku, sebelumnya aku minta maaf win bukan nya menuduh tapi kamu liat gak uang lima puluh ribu di dalam dompet ku, soalnya uang ku hilang Win”. Ucap Ririn tanpa basa-basi dengan sikap panik. “oh iya tadi waktu Aku  periksa tas mu, uang mu masih ada kok, serius. Hm. Sumpah yah Rin bukan Aku yang ambil demi tuhan, kalau kamu tidak percaya besok kita lapor ke pihak kesiswaan” jawabku dengan tegang.
Ke esokan harinya Aku memberi pengumuman di depan kelas “Kalian semua ada yang liat gak uang lima puluh ribu jatuh?” tanyaku. Semua teman teman saling memandangi satu sama lain. Lalu dengan serentak mereka menjawab “ Tidak, emang kenapa win? Siapa yang kehilangan uang?” setelah itu aku lalu menjelaskan kepada mereka kejadian yang Ririn alami, tapi tak satupun dari mereka yang tahu. Akhirnya dengan perasaan cemas Aku dan Ririn memberanikan diri menemui pihak CCTV untuk melihat kejadian kemarin siang di sekolah, saat rekaman di putar, kami yang menyaksikan rekaman itu begitu terkejut saat melihat seorang anak perempuan berjilbab menghampiri bangku Ririn, dengan tingkah mencurigakan ia membuka secara perlahan tas Ririn dan mengambil uang yang berada di dompet nya. “ Ah itu kan Poppy, astagaa ternyata pelakunya dia” ucapku dengan rasa tidak percaya.
Sungguh kami yang menyaksikan rekaman itu sangat tidak percaya seorang Poppy anak seorang Dokter gigi berani melakukan hal sekeji itu yang membuat kami semakin kecewa Poppy adalah taman akrab kami sekaligus teman sebangku kami, tak ku sangka orang yang ku anggap teman adalah seorang pencuri. Setelah bukti di dapatkan kami lalu membawa hasil rekaman itu ke pihak kesiswaan dan akhirnya Poppy diproses dan orang tuanya di panggil menghadap keruang kesiswaan agar orang tuanya tau apa yang telah di perbuat anaknya selama ini. awalnya kami tidak tega melaporkan kejadian ini, tapi apabila kejadian ini tetap tidak di tindak lanjuti pasti kejadian ini akan terus terulang dan dengan berat hati akhirnya kami melaporkan hal ini.
Setelah kejadiaan itu teman-teman dikelas mulai menjauhi Poppy dan akhirnya Poppy tidak pernah lagi datang ke sekolah hingga sekarang. Dari kabar yang terakhir kami dengar ia sudah di keluarkan dari sekolah. Sungguh miris nasib anak itu, masih kecil sudah berani mencuri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;