Pesan
Ibu
Karya
: Winda Sari Puspita Dewi
Rahewaty
seorang putri tunggal dari seorang pengusaha kayu yang cukup sukses. Dari kecil
hingga remaja, Rahewaty dimanjakan oleh Fasilitas yang dimiliki oleh kedua
orang tuanya. Semua yang diinginkan Rahewaty di penuhi oleh ayah dan ibunya. Bagi
orang tuanya kebahagian Rahewaty lah yang utama. Saat itu Rahewaty baru saja
lulus SMP. Rahewaty mendaftar disekolah yang selama ini dia impikan yaitu SMK
Sandi Putra 1. Sejak kecil ia ingin sekali menjadi seorang Pramugari. Awalnya
ibu Rahewaty tidak mengizinkannya sekolah disana dengan alasan fisik Rahewaty
yang lemah. Tapi seperti yang dikatakan tadi, kebahagian Rahewaty lah yang
utama. Dengan berat hati akhirnya ibu nya menyetujui keinginan putri semata
wayangnya dan akhirnya ayah Rahewaty melakukan berbagai cara agar Rahewaty bisa
lulus disekolah itu tanpa ikut MOS dan tes wawancara dengan biaya yang tidak
sedikit. Sejak duduk di bangku SMK, teman teman Rahewaty sering kali
memperolok-olok bentuk tubuh Rahewaty yang gemuk dan sering mempermasalahkan
nama Rahewaty “Rahe.. Rahewaty nama anak
kampung!! Hahaa” ucap salah satu teman kelasnya sambil tertawa
terbahak-bahak. Rahewaty yang sudah tidak tahan mendengar olok-olokan temannya
bergegas menelpon ayahnya “Ayah aku ingin
pindah sekolah sekarang juga” Ucapnya sambil menangis terisak-isak. “Tapi Rahe’…” belum sempat ayahnya
menjawab Rahe; langsung menutup teleponnya.
Sepulang
sekolah.. “Rahe, ayo sarapan dulu”
ajak ibunya dengan tulus. Rahe’ hanya menggelengkan kepala lalu melangkahkan
kakinya menuju kamar. “Rahe’ kamu
kenapa?, ayo makan dulu, nanti kamu sakit Rahe” ibu Rahe tampak kebingungan
melihat putrinya bertingkah tak seperti biasanya. Ia kemudian mengantarkan
sepiring nasi goreng ke kamar rahe’. “Rahe,
buka pintunya. Ayo makan dulu nak” sambil menggedor-gedor pintu beberapa
kali. Tiba-tiba perlahan-lahan pintu kamar Rahe’ terbuka. “Rahe’ kamu kenapa menangis nak?” Tanya ibunya sambil mengusap
kepala putrinya. “Ibu aku tidak mau
makan, aku mau kurus, aku ingin ganti nama, aku malu di hina sama teman-temanku,
aku benci bu!!” Bentak Rahe’ sambil menangis terisak-isak. Mendengar curahan
putrinya, sang ibu langsung memeluk putrinya dengan erat. “sayang tak perlu malu, orang yang tak menyukaimu itu karena mereka iri!
Sekarang anak ibu makan yah?” ucap ibunya dengan lembut.
Esok
harinya saat Rahe keluar dari pintu kamarnya, ia melihat beberapa perlengkapan
olahraga yang masih terbungkus rapi di depan ruang tamu. Di lihatnya ada secarik
kertas diatas meja yang tertuliskan “Rahe
Sayang, ibu sudah siapkan makanan di meja makan, jangan lupa makan yah!
sekarang tidak ada lagi alasan buat rahe tidak makan! Karena ibu sudah
membelikan rahe perlengkapan olahraga, ayah juga sekarang lagi mengurus surat
pindah kamu disekolah yang lebih baik! Semoga senang putriku.. tertanda ibu”
. Senyum kecil terlontar di wajahnya saat membaca tulisan itu. Ia kemudian
meneguk segelas air yang ada di atas meja. Seketika gelas yang di genggamannya
terjatuh hingga pecah berkeping-keping.
“Tilitt..tililiitt…”
“Hallo
selamat siang, bisa bicara dengan pak Arman?”
“Ayah
saya sedang keluar, apa apa?”
“apa
anda putri ibu Ladya? begini mbak kami dari pihak rumah sakit Media Center, kami
hanya ingin menyampaikan bahwa ibu anda pagi tadi kecelakaan”
Mendengar kejadian itu ia segera
menelpon ayahnya agar menyusul kerumah sakit. Sesampai mereka dirumah sakit. Ia
melihat seseorang yang mirip ibunya di larikan ke kamar mayat. Rahe’ yang tak
kuasa menahan emosi, terus berlari menghampiri mayat itu. Ia benar-benar hilang
kontrol dan tak memperdulikan orang
sekitarnya termasuk ayahnya. Ia terus menangis dan menangis dan berkata “ibuuu, maafkan Rahe’, rahe janji bu nggak
bakalan malu dan ngambek lagi… ibuu bangunnn, ku mohonn!!”teriak Rahe, lalu
kemudian membuka kain dari mayat itu.
Ia sangat terkejut melihat mayat yang
ada di depan matanya bukanlah ibunya. Ia kemudian menoleh di sekelilingnya dan seketika
ia melihat ibunya sedang berdiri di samping ayahnya dengan perban di kepalanya.
“Ah Ibu? Ibu belum mati?” Tanya Rahe tak percaya, kemudian mendekati
ibunya sambil memeluknya dengan erat lalu memukul pundaknya beberapa kali. Orang
disekitarnya hanya tertawa kecil melihat kejadian ini. Ibunya hanya tersenyum
kecil sambil mengusap kepala putrinya lalu berkata “sekarang ibu sudah bangun, ibu harap Rahe menepati janjinya”.




- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact